Cara Galih Bertahan Hidup, Sulap Kardus Bekas Jadi Miniatur Truk Bernilai Jual

7

BOGOR – Di sebuah rumah kontrakan sederhana di Kampung Bojong, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, seorang pria bernama Galih memandang adanya rezeki di balik tumpukan kardus bekas.

Pria berusia 31 tahun ini dianugerahi bakat unik untuk mengubah kardus bekas menjadi mainan miniatur truk yang bernilai jual. Di tengah kesederhanaannya, Galih menunjukkan kreativitas dan ketekunannya mengubah apa saja menjadi sumber penghidupan. Pemandangan di dalam rumah kontrakan Galih penuh dengan potongan-potongan kardus yang sudah dibentuk menjadi berbagai bagian mobil mainan.

Semua dikerjakannya dengan penuh teliti, merangkai setiap potongan kardus menggunakan lem tembak, hingga perlahan-lahan sebuah truk mini muncul di hadapannya. Galih bukanlah seorang perajin profesional. Dia tidak memiliki latar belakang seni atau pendidikan khusus dalam pembuatan mainan.

“Saya belajar sendiri, cuma lihat dari Youtube sebentar, langsung bisa. Saya otodidak. Kalau bahan baku kardus saya minta ke warung sekitar,” ujar Galih, Kamis (10/10/2024).

Meski tanpa pendidikan formal, hasil karyanya tidak main-main. Truk mainan buatannya sangat mirip dengan truk sungguhan yang sering kita lihat di jalan raya. Truk-truk yang dibuat dari kardus itu bahkan diberi sentuhan khusus dengan lampu-lampu kelap-kelip yang dihubungkan dengan baterai. Lampu-lampu kecil itu membuat truk-truk mini ini tampak hidup, seolah siap melintasi jalanan gelap desa di malam hari.

Di beberapa truk, dia menambahkan tulisan-tulisan khas yang sering terlihat di truk jalanan, seperti “Menyala Abangku” dan “Mencari Rezeki untuk Keluarga.” Mantan Sopir Truk Sebelum pandemi Covid-19, Galih adalah seorang sopir truk.

Setiap hari dia melihat truk-truk besar melintasi jalan raya, dan dari sanalah inspirasi membuat miniatur truk ini datang. Namun, pandemi mengubah segalanya. Kehilangan pekerjaan membuatnya terpaksa memutar otak agar tetap bisa bertahan hidup. Dari sekadar melihat contoh truk di jalan raya dan di internet, Galih mulai mencoba membuatnya sendiri.

“Pas kena Covid, saya di-liburin dari kerjaan. Terus lihat di Google, langsung dijiplak. Ternyata bisa,” kenangnya.

Kini, Galih telah menerima pesanan mainan berbahan kardus bekas dari warga sekitar rumahnya. Sebagian besar pelanggannya adalah tetangganya sendiri, karena dia belum memiliki handphone untuk mempromosikan karyanya lebih luas.

Meskipun begitu, dia tidak patah semangat. Pesanan yang datang dikerjakan dengan penuh ketelitian.

Harga yang ditawarkan pun terjangkau, mulai dari Rp 35.000 untuk model yang belum dicat hingga Rp 80.000 untuk yang sudah dicat lengkap dengan lampu kelap-kelip.

“Sehari saya bisa buat tiga truk,” ujarnya. Dengan kesibukan seperti itu, dalam sebulan Galih bisa menyelesaikan sekitar 21 mobil mainan. Namun, meski jumlahnya terbilang cukup banyak, Galih belum bisa memasarkannya secara luas. “Belum dipasarkan ke mana-mana, saya tidak punya handphone jadi agak susah ya,” ujarnya.

Mimpi Galih tidak berhenti hanya pada kardus. Dia bercita-cita untuk bisa meningkatkan kualitas karyanya dengan menggunakan bahan yang lebih tahan lama, seperti triplek. Jika dilimpahi modal yang lebih, Galih ingin membuat mainan yang lebih kokoh dan bisa dinikmati oleh anak-anak dalam waktu yang lebih lama.

“Mudah-mudahan bisa dapat modal usaha. Biar saya bisa buat truk dari triplek, supaya lebih awet dan kuat,” harapnya. Meski hidup dengan segala keterbatasan, Galih menunjukkan kreativitas dan kemauan untuk belajar demi mengubah hidupnya. Dari tumpukan kardus bekas yang mungkin dianggap tidak berharga oleh sebagian orang, dia berhasil menciptakan sesuatu yang bernilai.

Bagi Galih, setiap potongan kardus yang dirangkai bukan hanya mainan, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam sunyi rumah kontrakannya, potongan demi potongan kardus itu terselip impian yang perlahan dia rakit untuk masa depan yang lebih baik.

Di tengah keterbatasan, Galih menemukan cara untuk tetap berkarya dan mencari rezeki untuk dia dan adiknya. Siapa tahu, suatu hari nanti, bus kardus buatan Galih akan melintasi lebih dari sekadar jalanan kampung, tetapi juga jalan-jalan besar di kota.(kompas.com)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.