Bank Indonesia (BI) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) yang bergabung dalam Sekretariat Bersama (Sekber) Pariwisata gelar penjurian dan penghargaan Kompetisi Inovasi Model Bisnis Desa Wisata Kreatif Unggul (DEWIKU) di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (21/11/2024).
Program Kompetisi DEWIKU digelar dengan tjuan mendukung akselerasi pengembangan sektor pariwisata nasional guna mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Kompetisi tersebut diharapkan dapat mendorong lahirnya inovasi model bisnis yang dapat mempercepat perkembangan creative entrepreneurship di seluruh desa wisata Indonesia.
Sebagai informasi, program Kompetisi DEWIKU diperkenalkan secara daring pada, Rabu (31/6/2024) dengab diikuti oleh seluruh desa wisata Indonesia yang terbagi menjadi lima wilayah, yakni Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara (Balinusra) dan Sulawesi Maluku Papua (Sulampua).
Selain itu, kompetisi tersebut juga mengundang para akademisi, pelaku/pengelola desa, dan pemerhati desa wisata untuk berinovasi bersama membangun desa wisata yang kreatif, unggul, serta inklusif.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Papua Barat berkolaborasi dengan program studi Agribisnis Universitas Papua (UNIPA) serta Pengelola Ekowisata Kampung Kwau berpartisipasi untuk mengikuti kompetisi tersebut dengan menyusun proposal dengan judul “Inovasi Model Bisnis Pengembangan Ekowisata di Kampung Kwau”.
Kampung Kwau yang terletak di Kabupaten Manokwari, pernah meraih Juara III dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf, untuk kategori Desa Wisata Berkembang.
Penyusunan proposal inovasi model bisnis diawali dengan riset yang dikoordinasi oleh BRIDA Provinsi Papua Barat pada akhir Agustus 2024.
Riset ini bertujuan untuk memahami kondisi faktual pengelolaan ekowisata berkelanjutan yang telah dijalankan oleh masyarakat Orang Asli Papua di Kampung Kwau.
Model tersebut didasarkan pada kearifan lokal masyarakat Arfak dengan konsep Igya Ser Hanjop (Berdiri Menjaga Batas) yang menjadi prinsip utama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya setempat.
Hasil awal dari riset tersebut memberikan gambaran komprehensif mengenai kelebihan dan kekurangan model pengelolaan ekowisata yang selama ini diterapkan oleh masyarakat Kampung Kwau.
Temuan itu juga mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Proposal bertema “Pengembangan Ekowisata Ramah Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal” disusun oleh tim fokus pada tiga aspek utama, yakni peningkatan kapasitas masyarakat dan pengelola ekowisata, penataan lingkungan kampung, serta peningkatan fasilitas (Amenities) homestay dan sarana pendukung obyek wisata.
Selain itu, lebih dari 100 desa wisata di seluruh Indonesia yang mendaftar Kompetisi DEWIKU dan lebih dari 60 proposal yang diajukan, Kampung Kwau berhasil menjadi salah satu dari 15 finalis nasional.
Kampung Kwau juga menjadi satu dari empat finalis yang mewakili wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Kalimantan-Sulampua). Sebagai finalis, Kampung Kwau mendapat kesempatan untuk mempresentasikan inovasi model bisnis yang diusulkan secara luring di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Melalui penilaian yang dilakukan oleh dewan juri yang berasal dari berbagai institusi ternama, seperti Bank Indonesia, Kemenparekraf, Kemendes PDT, Traveloka, Instellar, dan Wise Steps, akhirnya Proposal Inovasi Model Bisnis yang diajukan oleh Kampung Kwau berhasil keluar sebagai pemenang Kompetisi DEWIKU untuk Wilayah Kalimantan – Sulampua.
Sebagai pemenang, Kampung Kwau berhak menerima Piala dan Sertifikat serta hadiah uang tunai sebesar Rp 35 juta.
Selain itu, Kampung Kwau juga mendapatkan pendanaan maksimal sebesar Rp 200 juta dari Bank Indonesia untuk implementasi model bisnis ekowisata ramah lingkungan yang diusulkan dalam proposal.
Keberhasilan tersebut menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekowisata di Kampung Kwau dengan memanfaatkan kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan.
Pada kesempatan terpisah, Kepala BRIDA Provinsi Papua Barat Prof Charly D Heatubun, selaku penanggung jawab riset dan penyusunan proposal Inovasi Model Bisnis Ekowisata menyampaikan bahwa ide awal riset bertujuan untuk mendokumentasikan kearifan lokal masyarakat Kwau dalam menjalankan usaha ekowisata berkelanjutan.
Hal itu bertujuan sebagai praktik baik yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat di kampung lain.
Sementara itu, lanjutnya, hasil riset mengungkapkan bahwa beberapa aspek yang perlu diperkuat dalam pengelolaan Ekowisata di Kampung Kwau, termasuk aspek institusi, pengelola, sarana prasarana, dan tata lingkungan kampung itu sendiri.
Temuan tersebut kemudian menjadi fokus utama yang diangkat dalam proposal Inovasi Model Bisnis yang diajukan dalam Kompetisi DEWIKU 2024. “Ekowisata merupakan salah satu prioritas pengembangan ekonomi hijau di Provinsi Papua Barat sebagai implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan,” ujar Charly dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (24/11/2024).
Local Champion dan pelaku Ekowisata di Kampung Kwau Hans Mandacan turut hadir selama proses penjurian serta mengungkapkan rasa bangga dan senangnya karena Kampung Kwau terpilih sebagai pemenang.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan memberikan dukungan terhadap pengembangan Ekowisata di Kampung Kwau,” ucap Hans.
Sementara itu, ssalah seorang tim pengusul proposal dan akademisi dari UNIPA, Soleman Imbiri, PhD ,menyampaikan rasa syukurnya sebagai bagian dari tim riset.
Selain itu, ia pun mengungkapkan kebanggaannya karena dapat belajar banyak dari seluruh tahapan persiapan proposal hingga finalisasi yang akhirnya disampaikan kepada dewan juri.
Pada tahap awal persiapan proposal, lanjut Soleman, kolaborasi tim BRIDA Provinsi Papua Barat, akademisi UNIPA, dan Pengelola Ekowisata Kampung Kwau menghasilkan tema “Inovasi Model Bisnis Pengembangan Ekowisata Ramah Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal” di Kampung Kwau.
“Hingga akhirnya, proposal tersebut meyakinkan para dewan juri dengan ide bisnis yang kami usul dan keluar sebagai pemenang kompetisi,” tambahnya.
Menurutnya, kemenangan itu sangat penting bagi ekowisata ramah lingkungan berbasis kearifan lokal di Kampung Kwau.
“Kemenangan kami tak hanya untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya alam (SDM),” tutur Soleman.(kompas.com)