Katakota.com- Kita mungkin dalam keseharian pernah melihat seseorang baik itu dewasa ataupun anak mengalami kejang-kejang secara tiba-tiba kemudian jatuh, yang aneh, dari mulutnya mengeluarkan busa seperti keracunan.
Banyak yang berpikir jika yang terjadi padanya adalah suatu kejadian yang luar biasa dan sedikit aneh, hingga pada akhirnya banyak masyarakat awam sulit untuk melakukan suatu tindakan yang dapat menolongnya selain menunggu seorang baik hati membawanya ke rumah sakit.
Fenomena yang memang jarang terjadi ini baiknya segera direkam untuk memudahkan tim medis untuk mendiagnosis apa penyebab dan memutuskan penyakit apa yang dideritanya.
Dokter Spesialis Syaraf RS Sari Asih Serang, dr Enny Waeningsih SpS., M.kes. membenarkan saran tersebut, yang tentu saja melakukan perekaman sekaligus memberi pertolongan.
Prilaku kejang pada orang dewasa dan atau anak bisa saja disebabkan oleh hal lain, namun menurut dr Enny Waeningsih SpS., M.Kes. jika kejadian tersebut berulang dalam kurun waktu satu tahun bisa dikatakan hal tersebut adalah epilepsi atau yang biasa disebut awam penyakit ayan.
Epilepsi atau penyakit ayan adalah gangguan kelistrikan otak yang menyebabkan terjadinya kejang. Bisa dikatakan epilepsi jika mengalami kejang lebih dari dua kali dalam satu tahun atau berulang dalam satu tahun.
“Epilepsi tidak perlu dipandang berlebihan hingga terasa menakutkan bahkan menjadi aib. Epilepsi bisa disembuhkan dengan sempurna,” ujar dr Enny dalam keterangannya.
Dijelaskan dr Enny Waeningsih SpS., M.kes. kondisi epilepsi tidak hanya kejang saja tetapi banyak bentuknya, seperti tiba-tiba tatapan kosong, jatuh lemas tiba-tiba, nyeri kepala kronis berulang, pingsan.
“Kejang pada epilesi pun tidak harus melulu mengeluarkan busa pada mulutnya dan tidah harus tidak sadar,” ujarnya.
Ditegaskan dr Enny Waeningsih SpS., M.Kes, epilepsi bukanlah penyakit keturunan hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf otak yang diakibatkan . bisa karena stroke, infeksi otak, meningitis, tumor otak, benturan kepala hebat, gangguan imunologi seperti lupus, kanker, atau tumor.
“Pada anak bisa terjadi kejang akibat demam, belum bisa termasuk epilepsi, namun jika terjadi berulang perlu diperiksa lebih lanjut,” terang dr Enny Waeningsih SpS., M.Kes.
Penanganan pertama di lapangan pun bisa dilakukan dengan cara segera memindahkan orang yang kejang ke tempat aman, melonggarkan kerah baju agar nyaman bernafas, dimiringkan agar apabila terjadi muntah dimana muntahan tersebut tidak tertelan dan tersedak di tenggorokan yang dapat menghentikan nafas dan masuk ke paru.(Dit)