Melihat Tradisi Turun-Temurun Muludan di Kampung Kalipasir Tangerang

5
Katakota- Warga kampung Kalipasir memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW dengan mengarak perahu yang sudah dihias berisikan pernak-pernik serta makanan berkeliling Kampung dengan ber-sholawat.
Selanjutnya, warga Kampung Kalipasir ber-ziarah kubur ke Nyai Ratu Hj Mutafiah Binti KH Asnawi disertai pembacaan Asrokol di Masjid sambil membagikan Besek makanan ke para pengunjung Masjid Jami Kalipasir.
Maulid Nabi di Kampung Kalipasir tahun ini sedikit berbeda lantaran dihadiri langsung oleh Walikota Tangerang H Arief R Wismansyah saat melepas arakan perahu, Kamis (28/9/23).
“Alhamdulillah, di pagi yang berbahagia ini kita sama-sama memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan dengan kita senantiasa ber-sholawat serta menjalankan yang Allah SWT perintahkan dan Rasulullah ajarkan, masyarakat Kota Tangerang dapat senantiasa diberkahi Allah,” tutur Walikota Tangerang Arief R Wismansyah.
“Dengan kita bermuludan dan Ngarak Perahu Maulid yang merupakan tradisi budaya kita sejak 1639, ini merupakan wujud upaya kita dalam melestarikan khazanah budaya sekaligus nilai-nilai kebudayaan Islam di Kota Tangerang.” katanya lagi.
Dewan Kemakmuran Masjid Jami Kalipasir Bidang Cagar Budaya Raufi Syarofi mengatakan, rangkaian acara tersebut merupakan tradisi yang turun temurun dari para nenek kakek, buyut kami yang sudah dilakukan ratusan tahun lalu. “Ini adalah sebuah tradisi turun temurun kita yang sudah tercatat dalam dokumentasi sejak tahun 1639 masa Sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdulkadir atau Sultan Kenari, karena Kalipasir memiliki kekerabatan keluarga dengan kesultanan Banten, namun dokumentasi foto tersebut baru diketemukan tahun 1939,” kata Raufi.
Dikatakannya, arak-arakan juga sebagian dari syiar Islam untuk disampaikan kepada masyarakat yang berada di wilayah Kota Tangerang. Dan hal itu memang berawal dari bantaran sungai Cisadane, khususnya di Kalipasir, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten.
Terkait dengan sejarah, arak-arakan ini tradisi yang pernah dilakukan oleh Kesultanan Banten pada tahun 1639. Pada saat itu merupakan Sultan Banten Abdul Mufakhir Mahmud Abdulkadir yang mendapatkan gelar Sultan dari Kekhalifaan Turki Usmani.
Dengan diberikannya gelar tersebut, semua kitab-kitab ke-Islaman yang diberikan itu diarak keliling istana hingga wilayah sekitarnya, maka jadilah sebuah tradisi arak-arakan, seperti yang saat ini dilakukan di Kampung Kalipasir salah satunya.
Arak-arakan perahu di Kalipasir dilakukan oleh semua warga setempat, yang terkait dan bertanggung jawab adalah DKM Jami Kalipasir beserta warga,” ujarnya.
Lebih lanjut, Raufi menyebut Kampung Kalipasir merupakan daerah yang menjadi tempat singgah para ulama besar dari berbagai daerah. Makanya, disitulah pembacaan Maulid di Kampung Kalipasir ini memiliki ciri tersendiri yang menggunakan lagam Martapura dicampur lagam Sunda.
Kitab Maulid itu berisi sejarah tentang Nabi Muhammad SAW dari saat dilahirkan dan mulainya awal kehidupan Nabi dari sifatnya, perilakunya, sampai perjalanan syiarnya. ” Semua itulah yang menjadi suri tauladan untuk kita sebagai umatnya,” katanya.(dit)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.