Katakota.com- Jaya Center for Urban Studies (CUS) sebagai pusat unggulan Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Tangerang Selatan bekerjasama dengan Technische Universitat Dresden, Jerman menyelenggarakan Summer School dengan yang diikuti oleh 25 peneliti muda mancanegara dengan melakukan penelitian kota terjepit Lengkongulama di wilayah Serpong.
Fenomena kota terjepit atau yang dikenal dengan istilah Constricted Cities saat ini banyak muncul dan menjadi problem di negara-negara berkembang terutama di wilayah Asia seperti di Vietnam, China, Philippine termasuk juga di Indonesia sebagai akibat menjamurnya pembangunan kota – kota satelit.
Summer school dengan fasilitator utama Prof. Bernhard Mueller dan Dr. Paulina Schiappacasse dari Technische Universitat Dresden, Jerman.
Koordinator Program Humboldt Summer School 2019 Resdiansyah mengatakan, terselenggaranya Humboldt Summer School 2019 ini berkat adanya dukungan Sinarmas Land sebagai sponsor utama yang juga merupakan wakil dari pelaku industri.
“Sinergi serta kolaborasi antara industri dan peneliti dari lembaga pendidikan tinggi seperti UPJ memberi warna yang unik dari pengembangan kerjasama internasional dalam hal kajian Urban Studies yang dipromosikan oleh UPJ sebagai hub dari konsorsium internasional untuk kajian-kajian dibidang Urban Studies,” ujarnya
Dikatakannya, Humboldt Summer School saat ini ini sangat berbeda dibandingkan yang pernah diadakan untuk para peneliti di bidang Urban Studies. Kota terjepit Lengkongulama memiliki karakteristik yang khas sebagai historical site bagi sejarah berdirinya Kabupaten Tanggerang serta rumah dari pendiri Tangerang, Raden Arya Wangsakara.
“Lengkongulama sangat dikenal sebagai Kampung Kaligrafi yang hasil kaligrafinya menghiasi masjid-masjid besar di Indonesia termasuk Masjid Istana, Tetapi tidak banyak yang tahu fakta Lengkongulama sebagai kota terjepit di wilayah pengembangan kota BSD,” ujarnya.
Keunikan – keunikan ini yang menjadikan Lengkongulama sebagai lokasi site visit yang sangat menarik untuk dilakukan penelitian lebih mendalam.
“Site visit ke Lengkongulama menjadi referensi yang sangat bagus terutama karena kondisi seperti ini tidak ditemukan di Jerman atau di negara-negara di Eropa”, ujar Resdiansyah.(dit)