Katakota.com- Program Studi Arsitektur Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) menghadirkan praktisi arsitek dari perusahaan berskala nasional terkemuka pada Focus Group Discussion tentang Redesain Kurikulum S1 dan Program Profesi Arsitek (PPAr).
Upgrade kurikulum ini dilaksanakan dengan dukungan hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang diterima oleh Prodi Arsitektur UPJ. Kegiatan FGD ini sebagai bukti komitmen UPJ program studi arsitektur untuk senantiasa mencetak lulusan yang mampu merancang dan menguasai ilmu arsitektur hijau yang berkelanjutan, berjiwa wirausaha dalam bidang arsitektur, dan berdaya saing global. Melalui metode pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai jaya, para lulusan dapat memiliki motivasi yang kuat dalam mengukir prestasi terbaik.
Selain menghadirkan praktisi arsitektur dan penggiat dunia industri dari perusahaan nasional terkemuka bidang Design and Engineering, PT. Arkonin, UPJ Bintaro juga menghadirkan empat orang pelaku industri dari salah satu perusahaan terkemuka Indonesia dalam bidang property development, management and investment, PT. Jaya Real Property, Tbk. serta Alumni dari program studi Arsitektur UPJ. Kehadiran para praktisi arsitek dalam FGD ini bertujuan untuk melakukan sinkronisasi antara kebutuhan mata kuliah dengan kebutuhan dunia kerja.
FGD ini merupakan salah satu langkah untuk mengimplementasikan kebijakan pemerintah terkait program merdeka belajar. Prodi Arsitektur UPJ ingin mendesain kurikulumnya sesuai dengan program merdeka belajar kampus merdeka.
“Calon arsitek saat ini harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Selain itu, mereka harus memiliki pengetahuan yang mumpuni menyangkut keterbangunan rancangan, arsitektur hijau, arsitektur perkotaan, juga komputasi dalam arsitektur, sehingga kedepannya dapat menjadi seorang designer maupun project leader,” ungkap Ratna Safitri selaku Ketua Prodi Arsitektur UPJ.
Dalam FGD ini, institusi pendidikan dan dunia industri harus bekerja sama dan bersinergi secara berkesinambungan untuk menghasilkan lulusan dengan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan di setiap zaman. Para lulusan diharapkan siap menghadapi berbagai tantangan di era disrupsi seperti saat ini. Pendidikan arsitek di Indonesia mengacu pada UU Perguruan Tinggi no. 12 Tahun 2012, untuk menjadi sarjana dibutuhkan pendidikan selama 4 ditambah dengan pendidikan profesi satu tahun. Jadi, butuh 5 tahun untuk menjadi arsitektur.
Dari kacamata industri, Isdianto Prasetyotomo, perwakilan dari PT. Jaya Real Property, Tbk. mengungkapkan bahwa rancangan kurikulum prodi arsitektur sudah sangat baik dan sudah menjembatani kebutuhan industri.
“Kurikulum prodi arsitektur di UPJ menekankan pada arsitektur hijau dan penerapan teknologi dalam arsitektur. Selain kemampuan dan kompetensi perancangan desain arsitektur, para mahasiswa juga dibekali dengan materi project management dimana mahasiswa dipersiapkan menjadi seorang pemimpin yang mampu membangun tim efektif,” ujar Isdianto.
Senada Afrizal Zamri dari PT Arkonin, menilai bahwa penggunaan teknologi Building Information Modelling (BIM) sangat penting bagi profesi arsitek masa kini.
“Prodi arsitektur UPJ sudah berhasil menyesuaikan rancangan kurikulum pendidikan S-1 beserta profesi arsitektur yang dapat ditempuh selama 5 tahun. Dengan mengedepankan kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh arsitek, seperti memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai keterbangunan. Terbukti dengan adanya materi perkuliahan terkait struktur dan utilitas mulai dari bangunan sederhana hingga bentang lebar dan bangunan tinggi. Ditambah lagi sudah menerapkan teknologi Building Information Modeling (BIM), ” ungkapnya.
Selain pendidikan S1, UPJ juga berencana membuka Program Profesi Arsitek (PPAr). Selama menempuh pendidikan S1 beserta Program Profesi Arsitek (PPAr) di UPJ mahasiswa akan mempelajari mata kuliah yang menarik seperti perancangan arsitektur, arsitektur hijau, komputasi dalam arsitektur, ekonomi bangunan, desain partisipatif, real estate, studi perkotaan dan permukiman, arsitektur dan perilaku, kritik arsitektur, perancangan interior, arsitektur lanskap, dan lainya. Tentunya kegiatan pembelajaran juga akan melibatkan mitra dunia usaha dan dunia industri Pembangunan Jaya sebagai living lab. (Ditca)