Tangerang,Katakota.com- Sarni atau biasa disapa Heni (49)sibuk mengangkat panggilan telepon yang berdering menanyakan informasi ia dan cucunya. Dua hari terakhir sejak viral rumahnya kebanjiran tamu yang ingin bertemu dengan cucu nya Alif Hidayat (6).
Alif bocah yang viral karena mengaku makan sahur pakai nasi garam dan berbuka puasa dengan air putih ini tampak riang gembira saat ditemui di rumah kontrakannya Jalan Perjuangan Tanah Gocap, Kelurahan Karawaci, Senin (28/5).
Alif yang mengenakan kaos berwarna merah dengan celana panjang hijau langsung menyalami tamu yang datang. Sarni sang nenek langsung mempersilahkan tamunya duduk.
Alif begitu menggemaskan dengan kulit bersih serta pipinya yang gembul. Ia pun menjawab setiap pertanyaan dengan baik.
Dirumah milik ozi itu, Alif dan neneknya tinggal disebuah ruangan berukuran 2×2 di lantai atas. Ruang tamu tempat ia menerima tamu merupakan milik pemilik rumah.
“Kamar Alif diatas saya diijinkan terima tamu disini sama pemilik rumah, Kalau mau liat kamar Alif satu-satu soalnya takut rubuh,” ujar Sarni.
Dirumah semi permanen terbuat dari bilik bambu Alif telah tinggal sejak kurang lebih setahun lalu saat itu Sarni bertemu Ozi dan mengajaknya tinggal dirumah kontrakannya.
“Pemilik rumah sangat baik, perabotan disini milik dia saya diperbolehkan menggunakannya,” kata Sarni.
Sarni menjelaskan ia sehari-hari bekerja sebagai pengantar anak sekolah di bilangan Duri. Setiap pagi ia membawa Alif bekerja dengan menggunakan Kereta.
Didalam perjalanan kereta ia dan Alif kerap bertemu dengan orang yang sama. Mereka pun sering memberikan kue kepada Alif.
“Setiap pagi dan sore sering ketemu di dalam kereta banyak yang kenal dan baik sama Alif mulai penumpang sampai Security, “ujarnya.
Sarni mengaku Alif adalah anak yang cerdas dan jujur, Ia akan menjawab setiap pertanyaan dengan baik dan apa adanya.
“Sampai-sampai saya bilang ke Alif kalau ditanya orang lain jangan bilang belum Sarapan kan malu, dia lantas jawab ya kan memang begitu nek kita memang belum sarapan,” paparnya.
Seperti halnya saat ditanya makan sahur dan berbuka puasa. Ia menjawab apa adanya yakni dengan nasi dan garam.
Kecerdasan Alif terlihat saat ia memainkan game dihandphone milik tamu yang datang. Jari jemarinya begitu lincah memainkan permainan yang tak pernah dimainkan sebelumnya.
“Ia anak yang pintar sudah hafal angka dan huruf, bahkan huruf hijaiyah dia juga tau,” katanya.
Meski demikian Sarni yang sebelumnya tinggal dan memiliki KTP di Cengkareng Jakarta Barat tetap berupaya menghidupi Alif dengan bekerja. Sebelumnya ia bekerja membantu orang di Warung nasi.
Penghasilannya sebagai pengantar anak sekolah setiap bulannya sebesar Rp 1.100.000,- ia pergunakan untuk ongkos kereta, bayar kontrakan dan kebutuhan sehari-hari.
Sejak ramai diperbincangkan, banyak orang yang datang berjumpa dengan Alif mereka membawakan kue dan bantuan atau hanya sekedar ingin tahu kondisi Alif.
“Banyak yang datang ada mulai mahasiswa sampai Babinsa juga datang, bantuan yang datang juga saya bagikan ke tetangga-tetangga,” kata Sarni.
Terkait orangtua Alif, Sarni enggan menjelaskan lebih lanjut sebab hanya akan mengingatkan ia dan Alif pada masa lalu.
“Kemarin ada yang nanya soal itu dimana makam ayah dan ibunya, saya ga mau menjawabnya,” ucapnya.
Sarni berharap kehidupannya dengan sang cucu kedepan semakin baik. Ia bercita-cita ingin berdagang agar Alif dapat terus bersekolah. Banyak orang maupun yayasan menawarkan Alif di asuh di panti namun ia menolaknya.
“Ada yang menawarkan mau ngambil Alif tapi saya ga mau lepas dari dia,” ungkapnya.(dit)